Daftar Isi
Akankah kau tetap mencintaiku
saat aku tidak memiliki apa-apa lagi,
saat aku tak lagi sanggup
memenuhi seluruh tuntutanmu?
Akankah kau meninggalkanku
saat aku tak mampu bangkit lagi,
saat tubuhku rapuh
dan asa telah sirna?
Cinta bersyarat,
hal yang kupahami sejak dini.
Bukti menjadi syarat pengakuan,
hasil menjadi ukuran penghargaan.
Tidak pantaskah diriku dicintai,
jika tak ada yang bisa dibanggakan?
Akankah semuanya terulang kembali
di mana kekurangan setitik
menjadi selayar di matanya,
dan kelebihan
hanya dianggap semestinya?
Kritik tanpa akhir,
kekurangan adalah kepastian.
Akankah aku merasa kecil lagi,
jiwa kecil yang terperangkap
dalam tubuh orang dewasa?
Aku bermimpi
untuk dicintai sepenuh hati,
tanpa syarat dan ketentuan,
tanpa hanya berfokus
pada kekurangan-kekurangan.
Apakah mungkin aku mendapatkannya?
Apakah aku pantas menerimanya?
Hidup adalah tragedi.
Aku pun tak menyangka
masih menjalani tragedi ini.
Perasaan yang aneh,
saat membayangkan masa depan,
namun yakin masa depan
tak akan tergapai,
dan kini aku berada
di masa depan itu.
Akankah suatu hari nanti
aku merasakan
cinta apa adanya?
Mungkin suatu hari nanti,
aku tak lagi bertanya,
karena akhirnya
aku dicintai tanpa alasan.